Rambut

Waktu kelas 7 SMP dulu, gue selalu ngurusin rambut. Dan kalo sekarang gue inget-inget waktu itu, model rambut yang gue selalu urusin adalah model rambut yang sangat alay atau itu adalah model rambut yang biasanya dipakai oleh anak-anak alay (maaf ya anak-anak alay).

Kelas 7, sekolah gue masuk siang. Sebelum berangkat ke sekolah, gue selalu berkaca di depan cermin atau bisa dibilang bercermin sambil menyisir rambut ; membuat rambut gue menjadi model rambut anak alay. Karena pada waktu itu gue belum ngerti yang mana yang alay yang mana yang keren. Gue selalu menghabiskan waktu yang lama buat menata rambut gue menjadi rambut yang gue anggap paling keren padahal alay.

Mau tau model rambut alay gue seperti apa? Maaf ya, gak ada fotonya. Karena dulu gue gak narsis (sekarang juga enggak) Gue ceritain aja ya.

Jadi, gue itu selalu memakai gel yang gue harap itu bakal bisa menjaga keutuhan rambut alay gue dan juga agar rambut gue itu gak acak-acakan. Setelah memakai gel, gue lalu menyisirkan rambut gue dengan poni ke arah samping kanan depan hingga hampir menyentuh mata (sehingga itu bisa dikatakan sebagai gorden). Lalu rambut bagian tengah gue buat berdiri persis seperti habis kesetrum listrik bertegangan tinggi *mukanya gosong dong*. Gue selalu gagal mendirikan rambut gue itu sehingga gue lakukan hal itu secara berulang-ulang sehingga menghabiskan waktu yang sangat lama.

Dulu kalau rambut gue gak dibegituin rasanya gak PD gimana gitu, soalnya waktu itu gue lagi suka sama seseorang yang untungnya orang itu agak alay juga. Jadi, dia bisa ngertiin gue *asik asik JOS*. Rambut gue dibentuk sedemikian rupa juga karena mengikuti gaya seseorang yang gue anggap gaya rambutnya itu keren. Apalagi kalau rambut itu bisa menunjang kebesaran celana gue.

Maksud gue, celana gue itu dulu gede banget. Kalau gak pake ikat pinggang, bisa-bisa melorot terus. Sampai pada suatu saat, gue ingin mengecilkan celana gue di tukang jahit. Tapi pada akhirnya celana gue itu terlalu kecil untuk pantat gue yang dulunya besar *wow, I'm a sexy man*. Haha, gue jadi inget sama temen gue yang pake celana kakinya harus diplastikin dulu.

Ya, penampilan baik atau buruk kita bukan kita sendiri yang menilai tapi yang berhak menilai adalah orang lain. Kalau kita mengatakan penampilan kita keren atau sangat keren, belum tentu orang akan mengatakan hal yang sama dengan kita. Jadi mulai sekarang berpenampilanlah apa adanya dirimu, tak perlu sesempurna mungkin.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Basah Kuyup di Jumat yang Basah

Kenangan

Jangan Ganggu Banci