"Tiba-tiba gue benci hari libur". Ya, itu sepenggal kata dari salah seorang temen gue yang kemudian gue jadiin judul postingan kali ini (dasar coppas-_-). Gue emang setuju banget dengan kata-kata itu, karena emang liburan sehabis ujian nasional kali ini panjaaaaaang (kurang banyak 'a' nya) dan ngebosenin banget. Gue punya beberapa problem atau masalah yang terjadi pada gue di liburan yang ngebosenin dan menyiksa (lebay) kali ini.
Sepatah kata tak dapat terlontar Hanya dapat terukir di atas secarik kertas Mulut yang tak dapat menarikan sebuah pengakuan Bahwa diriku tak ingin jauh darinya Namun, raga tak pernah mendekat Bagai dua kutub yang serupa Ku tak memiliki apa-apa Kecuali segenggam cinta Yang tak pernah mengalir kepadanya Yang tak pernah ia rasakan Yang mungkin tak kan pernah hilang meskipun tergerus gelombang Dan mungkin hanya akan musnah Bersama dengan jasad di akhir hayat (Ilhamsyah)
Kalo ngomongin kenakalan, gue juga pernah nakal lho (sebenernya juga sering sih-_-*). Kenakalan gue ini berkaitan dengan pencurian dan bales dendam. Tapi gue baru baca ternyata kenakalan gue itu bisa dikenakan hukuman pidana atas tuduhan pencurian di kalangan pelajar dengan berat hukuman yaitu kurungan setengah hari penjara dan denda seratus ribu dollar zimbabwe. Pada waktu itu gue baru kelas 4 TK (eh, bukan) kelas 4 SD. Waktu kelas 4, setiap hari kalo ke sekolah, gue selalu bawa sepeda walaupun rumah gue gak terlalu jauh sama sekolah, sepedanya juga gak bagus bagus banget. Gak kayak sepeda sepeda jaman sekarang yang bisa dilipet-lipet terus juga muat dimasukkin ke dalem koper (gak juga deh). Kalo ada yang mau liat sepeda gue bentuknya kayak apa dateng aja ke rumah gue, kalo gak mau repot-repot dateng biar gue kasih liat aja deh. Tadaaa ini adalah sepeda gue, yang masih utuh dan tidak terawat. Waktu itu, sepeda gue masih keren, gak sejelek yang di atas itu dan warnanya hi...
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletegak jadi fah
ReplyDelete